Assalamualaikum teman-teman, ada
disini yang sekarang berstatus maba alias mahasiswa baru? Kalo iya berarti kita
sama. Perkenalkan nama saya Yusuf Harfi, kini tercatat sebagai mahasiswa baru
di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) prodi Ilmu Komunikasi.
Masa transisi dari masa SMA ke
dunia perkuliahan baru saja saya akhiri, setelah kurang lebih 4 bulan
menyandang status pengangguran akhirnya saya menemukan tempat perlabuhan
selanjutnya setelah meninggalkan dunia SMA. Ada sedikit catatan yang ingin saya
bagi bersama temen-temen terlebih buat temen-temen yang juga sedang menyandang
status maba dan juga temen-temen yang sekarang masih duduk di bangku kelas 3
SMA.
Bukan perkara mudah masuk dunia
perkuliahan, sangat tidak mudah malahan. Pengorbanan waktu, pikiran, dan
tentunya finansial adalah hal yang sangat penting guna mewujudkan impian kita
masuk kuliah. Namun yang terpenting dari semua itu, sudah punya tujuan kan kita
mau kuliah dimana? Ambil jurusan apa? Sebuah pertanyaan klasik yang saya yakin
sudah akrab di telinga anak-anak SMA yang kini duduk di bangku kelas 3. Berikut
sedikit flashback perjuangan saya
hingga menemukan tempat berlabuh di UMY.
Kalo ditanya soal mau kuliah
dimana, jurusan apa saya selalu menjawab, “pengen
di ilkom UGM pak”, “pengen di ilkom UGM bu” atau , ”pengen di ilkom UGM bro”. Dari awal saya memang sudah mengunci
target saya untuk bisa kuliah di jurusan ilmu komunikasi ditambah dengan
embel-embel UGM di belakangnya. Hehe. Perguruan tinggi negeri memang masih
menjadi primadona disini, masyarakat Jogja dan sekitarnya. Dulu, saat awal-awal
duduk di kelas 3 SMA kebanyakan dari temen saya
kalo ditanya pengen kuliah dimana hampir 90% pasti kalo nggak jawab UGM
ya UNY. Sampai-sampai ada yang nyebut UGM sama UNY ini universitas sejuta umat
katanya.
Oke itu baru sebatas cita-cita,
yang patut diperjuangkan tentunya. Banyak jalan menuju Roma, banyak jalur yang
bisa kita tempuh untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Setidaknya saya mencatat
ada 3-4 jalur untuk menembus perguruan tinggi negeri. Jalur pertama, jalur
SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Dengan jalur ini calon
maba tidak perlu melakukan tes ataupun ujian, calon maba hanya perlu
mengirimkan nilai raport mereka dari semester 1 -5 di SMA untuk kemudian
diseleksi sebagai syarat masuk PTN. Tanpa tes, kita bisa diterima lewat jalur
ini asal nilai raport kita lolos seleksi. Itulah mengapa orang-orang lebih suka
menyebutnya jalur undangan. Siapa sih yang nggak mau diundang sama universitas
negeri buat masuk jadi maba mereka tanpa ujian? Lantas bagaimana dengan saya?
Saya tidak lolos bung! Tenang tenang, masih ada kesempatan lain.
Jalur kedua, SBMPTN (Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Beda dengan jalur pertama, di jalur ini
kita harus mengikuti ujian tertulis. Disini saya masih konsisten di pilihan
saya, ilmu komunikasi UGM. Persiapan tentu saya maksimalkan di jalur ini, les
di bimbingan belajar intensif selama sebulan penuh dan tentunya belajar
mandiri. Dan apa yang terjadi? Untuk kedua kalinya kampus biru menolak saya
alias saya dinyatakan tidak lolos.
Oke, last chance masuk UGM. Ujian mandiri! Ilmu komunikasi masih jadi
tujuan utama saya, saya adalah satu dari sekian puluh ribu orang di Indonesia
yang menggantungkan harapan untuk masuk UGM lewat jalur ini. Jadi bagaimana
hasilnya? Untuk ketiga kalinya saya ditolak UGM teman-teman! Tiga kali!
Bayangkan aja gimana rasanya kita nembak gebetan kita sampe berkali-kali tapi
semuanya itu ditolak sama dia. Ibarat nyari pacar, jika kita nggak diterima
sama orang yang kita pilih, masih ada pilihan lain. Ingat, Tuhan menciptakan
manusia berpasang-pasangan bukan? Sama halnya kita calon-calon mahasiswa baru,
Tuhan pasti telah mengatur pasangan kita dalam menimba ilmu. Kita dan kampus
kita sudah ada yang ngatur, kok.
Bertemu UMY
Tiga kesempatan saya untuk masuk
UGM hasilnya nihil, mau tidak mau saya harus banting setir mencari alternatif
lain selain kampus biru. Kebanyakan temen-temen seangkatan saya di SMA udah
diterima di perguruan tinggi pilihan mereka masing-masing, bahkan sebagian dari
mereka udah narsis dengan jas almamater kampus mereka. Saya? Masih berjuang. Oke,
kembali ke tujuan saya dari awal. Saya ingin kuliah di ilmu komunikasi. Apapun
embel-embel universitas apa di belakangnya saya sekarang tidak peduli. Yang
terpenting adalah prodi di universitas tersebut mempunyai kualitas yang ga
kalah. Walaupun itu berstatus luar negeri alias swasta. Saya sangat percaya
dengan sebuah ungkapan “Emas tetaplah emas walaupun jatuh ke comberan”. Apa
maksudnya? Seburuk-buruk apapun suatu tempat (dalam hal ini adalah perguruan
tinggi) jika di dalamnya itu terdapat seseorang yang ‘hebat’ maka orang itu
akan tetap pada ‘kehebatannya’. Bahasa mudahnya begini, kalau kita mau kuliah
dimanapun itu, mau negeri ataupun swasta, kalau kita bersungguh-sungguh disitu Insya Allah kalau Tuhan menghendaki kita
akan keluar dari perguruan tinggi sebagai orang-orang yang hebat.
Atas dasar inilah saya
memantapkan pilihan mendaftar untuk mengikuti seleksi di Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Saya ingat hari itu adalah tepat di hari terakhir
pendaftaran. Untung ga telat hehehe.
Bismilah, saya udah mantap
Senin, 1 September 2014. Hari itu
saya berkumpul dengan kurang lebih 5.772 mahasiswa baru di UMY untuk mengikuti
masa orientasi mahasiswa selama 3 hari. Agak ribet sih bawaannya, but it’s okay. Sedikit-sedikit mengeluh
bukanlah sikap seorang mahasiswa. Pernahkah temen-temen berpikiran kalo kita
adalah generasi-generasi yang beruntung, tidak semua orang mendapat kesempatan
untuk kuliah. Buat temen-temen yang sekarang udah kelas 3 SMA, siap-siap yaa. Ospek
mah enjoy aja bro!
Memasuki dunia baru yang masih
asing, mengharuskan seorang mahasiswa baru untuk cepat-cepat beradaptasi.
Lingkungan baru, temen-temen baru, dosen baru, dan semoga dapet gebetan baru.
Amin hehehe... Tapi yang terpenting dari
itu semua adalah bagaimana kita memulai sebuah perjuangan itu sendiri,
bagaimana kita memulai perjuangan sebagai mahasiswa demi mencapai target
selanjutnya. Apakah kita akan santai berleha-leha? “Ah kita kan masih maba bro, jadi jangan dibikin serius, santai ajalah” atau
kita akan tancap gas dari awal? Jika dua pilihan tersebut anda tujukan pada
saya, saya akan memilih opsi kedua. Okelah kalau kita masih beranggapan “Begining is always hardest part”,
apalagi memulai kegiatan sebagai mahasiswa, godaan dari depan belakang kiri
kanan siap menggoda kita kapan saja. Tapi percayalah temen-temen, kalo kita
memulai segala sesuatu dengan hati yang ikhlas, dengan perasaan gembira tanpa
ada tekanan tanpa ada paksaan, Insya Allah Tuhan pasti mudahkan jalan kita.
Memulai setiap pagi dengan gembira, ditambah dengan ucapan “bismilah, lancarkanlah hari ini ya
Tuhan..”, lakukan setiap pagi sebelum kita melakukan segala aktivitas. Inilah
yang saya sebut input yang baik. Kalo
inputnya aja udah baik, saya jamin prosesnya pasti ikut baik juga, dan akhirnya
akan menghasilkan keluaran atau output
yang baik pula. Ibarat tubuh kita, apabila kita makan makanan yang bergizi dan
tidak mengandung racun, nantinya akan dicerna dengan baik oleh lambung, outputnya?
Badan sehat dan kuat, kan. Ceritanya beda kalo yang kita makan itu makanan
yang udah lewat tanggal kadaluwarsanya, apalagi makanan itu udah nggak layak
kita makan. Di pencernaan kita makanan itu justru akan menjadi racun dan
ujung-ujungnya membuat kita sakit. Sama halnya ketika kita akan memulai
hari-hari kita sebagai mahasiswa. Awali hari-hari kita setiap pagi dengan doa
temen-temen. Yang muslim salat dhuha sebelum beraktivitas recommended banget buat kita biar urusan-urusan kita dilancarkan
dan dimudahkan. Serius nih, saya sendiri udah nyobain. Efeknya beneran kerasa,
dua riussss. Intinya kalo kita memulai kegiatan apapun itu dengan hal-hal yang
baik dan positif, Insya Allah hasilnya juga baik. Hasil akhir mah ga pernah
berkhianat.
Jadi, gimana temen-temen? Siap
jadi output-output yang berkualitas? Bismilah! Man Jadda Wa Jadda!
Wah, selamat sudah jadi maba :D
BalasHapusKalo UGM emang peminatnya banyak banget sih ._. Kenapa pilih UMY? Nggak nyoba yg UNY, ya?
kenapa pilih UMY?
Hapus1. kembali ke tujuan awal, pengen masuk ilmu komunikasi, di UNY belum ada.
2. deket dari rumah :D
bersiaplah calon maba! :D
Saya baru dapet info nih dari temen yg di UNY, katanya UNY taun ini udah buka S1 Ilkom, tapi pendaftarannya lewat UM. Tapi kayanya infonya nggak nyebar & telat -_-
Hapusiya bener, tahun ini uny buka s1 ilkom. masih baru banget :D
Hapus